Defessus Animae
ketika designan semilir angin menyejukan hati-hati yang pedih
terngiang jerit-jeritan kalbu
akan luka-luka yang lama dan terngangah..
ketika badai tak lagi menakutkan..
terik matahari tak lagi menghangatkan
dinginnya salju tak lagi menyejukkan
dan halilinta tak lagi menggetarkan
apa yang harus aku lakukan
apakah aku harus terdiam seribu bahasa
sedangkan beribu pertanyaan menghujam di dadaku
dan jiwaku..ya jiwaku telah pergi untuk sesuatu yang belum mati..
diriku diantara dataran tandus yang luas
apa yang akan ku cari di dataran sepi?
hanya fatamorgana yang ada di hadapanku...
fatamorgana yang menggambarkan oase-oase palsu..
sedang waktu akan membunuhku..
bagai serigala-serigala lapar yang mengintai mangsanya
yang siap mengoyak-ngoyak sanubari yang hampa
tertawa-tawa atas hati yang gundah gulana..
aku berjalan yang sangat panjng
tertatih-tatih..dengan letih
aku ingin berhenti..tapi suara-suara itu menyuruhku berlari
dan aku tersesat di persimpangan ini..
beri aku pedang..
padang yan akan menebas semua keraguan..
padang yang akan ku hujamkan pada musuh-musuh yang sunyi
yang membisikkan keraguan-keraguan yang menyesatkan
beri aku harapan..
harapan yang memapahku menuju oase
oase yang menyelamatkanku dari sang waktu
menghenyakkan aku dari lamunan semua
Tuhan beri aku tanda yang akan menyelamatkanku dari persimpangan jalan...
oleh: rico widiarno
0 comments:
Post a Comment